EFEKTIVITAS PERAN PENYULUH
SWADAYA DALAM PEMBERDAYAAN PETANI DI PROVINSI JAWA BARAT
BAYU PAMUNGKAS
16/398919/PN/14890
Berkurangnya tenaga penyuluh saat ini menyebabkan terjadi
kesenjangan dalam mendampingi petani di pedesaan. Kurun waktu 2001-2016 terjadi
penurunan jumlah penyuluh Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebesar 25%, akibat pensiun,
alih fungsi jabatan, dan berkurangnya pengangkatan tenaga penyuluh oleh
pemerintah. Menurut Undang-undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan Petani menyatakan bahwa penyediaan penyuluh sedikitnya satu
penyuluh untuk setiap desa masih sulit untuk terpenuhi. Berkurangnya tenaga
penyuluh pemerintah di lapangan menyebabkan kesenjangan inovasi petani terhadap
perubahan informasi yang cepat dan menurunnya efektivitas kegiatan penyuluhan.
Penyuluh idealnya dapat menjadi motivator, dinamisator,fasilitator dan
konsultan bagi petani. Penyuluh yang tepat untuk saat ini dan dapat diandalkan
dalam menyampaikan pesan inovasi adalah penyuluh yang berasal dari petani itu
sendiri.
Petani yang memainkan perannya sebagai penyuluh untuk
petani lainnya merupn bentuk partisipasi puncak dari seorang petani dalam
pembangunan pertanian. Petani semacam itu dan petani yang memiliki sifat
kepemimpinan, menjadi teladan bagi pelaku utama dan pelaku usaha dikelompokkan sebagai
penyuluh swadaya. Penyuluh swadaya mampu berperan dalam penyuluhan ke petani
hingga proses diseminasi inovasi teknologi dan sistem belajar petani ke petani
cenderung lebih lancar dan berkelanjutan. Penyuluh swadaya umumnya petani
berhasil dan maju sehingga memungkinkan untuk terus dikembangkan potensinya
oleh pemerintah agar dapat memajukan juga petani di sekitarnya, sehingga
hadirnya penyuluh swadayadalam komunitas tersebut membawa perubahan bagi
petani.
Penyuluh swadaya berada pada rentang usia pertengahan
(30-50 tahun), yang berarti berada pada kondisi produktif dalam bekerja. Status
sosial sebagian besar penyuluh swadaya adalah tokoh petani sebagai ketua
kelompok tani. Ketua kelompok tani memiliki tingkat pendidikan yang lebih
tinggi disbanding para anggotanya sehingga menjadi panutan dalam berusahatani
dan memiliki akses yang baik dengan lembaga penyuluhan, pendidikan, penelitian
, dan pihak swasta. Penyuluh swadaya memiliki berbagi peran diantaranya:
- · Fasilitator pemberdayaan
- · Mitra pemasaran
- · Penganalisis lingkungan
- · Pendamping petani
- · Motivator
Keefektivan pemberdayaan swadaya secara keseluruhan
berada dalam kategori tinggi, dengan arti lain telah efektif dalam
membantupetani memperoleh informasi yng dibutuhkan untuk usahataninya.
Penyuluhan dari petani ke petani mampu memberikan kombinasi antara pengetahuan
setempat (indigenous knowledge)
dengan ilmu pengetahuan (science)
yang lebih menekankan pada kebutuhan petani sasaran. Penyuluh swadaya memiliki
kemampuan dalam mengembangkan komunikasi partisipatif dengan petani dan mampu
membuat jaringan berbasis komunitas. Hadirnya penyuluh swadaya diharapkan
menjadi salah satu alternative merubah pola top
down penyuluhan yang selama ini dijalankan oleh pemerintah menjadi lebih
partisipatif. Target akhirnya adalah membangun dan memelihara hubungan
interaksi antara pemerintah, swasta, dan komunitas petani.
Referensi:
Haryanto, Y., Sumardjo, S. Amanah, dan P. Tjitropranoto. 2017. EFEKTIVITAS
PERAN PENYULUH SWADAYA DALAM PEMBERDAYAAN PETANI DI PROVINSI JAWA BARAT. Jurnal
Pengkajian dan Pengembangan teknologi Pertanian. 20(2): 141-154.
Anas Abrori
BalasHapus14889
No: 15
Saya setuju dengan artikel yang anda tulis. Penyuluh swadaya yang merupakan petani atau ketua kelompok tani merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kegiatan penyuluhan pertanian. Penyuluh swadaya dapat menjadi motivator, dinamisator, fasilitator, dan konsultan bagi petani, sehingga potensi dan inovasi di bidang pertanian bisa berkembang.
Nilai penyuluhan:
1. Ide dalam artikel yaitu adanya gagasan untuk melibatkan penyuluh swadaya yang berasal dari petani atau ketua kelompok tani dalam kegiatan penyuluhan pertanian. Penyuluh swadaya dapat menjadi motivator, dinamisator, dan konsultan bagi petani, sehingga potensi dan inovasi di bidang pertanian dapat berkembang.
2. Sasaran yang dimaksud yaitu penyuluh swadaya.
3. Manfaat yang didapat dari membaca artikel di atas yaitu dapat mengetahui peran penyuluh swadaya dalam kegiatan penyuluhan pertanian.
4. Nilai pendidikan yaitu penyuluh pertanian tidak hanya dari pemerintah, namun dapat juga berasal dari para petani sendiri atau ketua kelompok tani yang disebut penyuluh swadaya.
Nilai berita:
1. Timelines: isi artikel di atas sesuai dengan kondisi sekarang yaitu kurangnya tenaga penyuluh pertanian di desa-desa.
2. Proximity: artikel di atas dekat dengan petani karena saat ini masih banyak desa yang kekurangan penyuluh pertanian.
3. Importance: Artikel di atas mengandung informasi yang penting, yaitu kurangnya penyuluh pertanian di desa-desa sehingga diperlukan penyuluh swadaya yang dapat membantu kegiatan penyuluhan pertanian.
4. Policy: Artikel tersebut sesuai dengan kondisi saat ini, yaitu penyuluh swadaya berperan dalam pemberdayaan petani.
5. Conflict: dalam artikel disebutkan adanya kekurangan penyuluh pertanian di desa, sehingga penyuluh swadaya memiliki peran yang penting dalam pemberdayaan petani.