R M Nuryandono M
16 / 398934 / PN /14905
Pertanian merupakan sektor penting
bagi Indonesia. Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam yang
melimpah sehingga menunjang berbagai aspek, khususnya pertanian. Akan tetapi,
pertanian Indonesia masih tergolong memprihatinkan. Hal tersebut dikarenakan Pemerintah
Indonesia dan masyarakatnya tidak memperhatikan sektor penyuluhan pertanian
secara khusus. Pemerintah Indonesia belum dapat mengoptimalkan implementasi
peraturan yang ada, sedangkan masyarakat Indonesia cenderung kurang peduli
terhadap penyuluhan pertanian. Bahkan, masyarakat Indonesia yang bergelar
sarjana pertanian, contohnya sarjana penyuluhan dan komunikasi pertanian belum
tentu peduli terhadap penyuluhan pertanian. Para sarjana yang peduli berupaya
untuk memberikan kontribusi terhadap pertanian Indonesia dengan menjadi
penyuluh pertanian. Namun, para sarjana tersebut belum dapat melakukan penyuluhan
secara optimal kepada para petani Indonesia. Para sarjana tersebut belum
menerapkan konsep, metode dan pendekatan penyuluhan pertanian yang baru. Contohnya
adalah ketika para penyuluh berusaha memperkenalkan teknologi pertanian yang
baru, akan tetapi penyuluhan yang digunakan masih menggunakan konsep, metode
dan pendekatan yang konvensional. Hasilnya adalah kegagalan dalam penyuluhan teknologi
tersebut. Hal tersebut menyebabkan sarjana penyuluhan dan komunikasi pertanian
tidak penting bagi petani Indonesia.
Secara logika dan teori, seharusnya sarjana
penyuluhan dan komunikasi pertanian penting bagi petani Indonesia. Para sarjana
tersebut, telah dibekali ilmu dalam bidang penyuluhan pertanian sehingga
tentunya lebih bisa melakukan penyuluhan pertanian daripada yang tidak dibekali
ilmu. Persepsi atau sudut pandang para petani bahwa sarjana penyuluhan dan
komunikasi pertanian tidak penting adalah persepsi yang perlu diubah. Persepsi
tersebut dapat diubah melalui pengoptimalan penyuluhan. Melalui kegiatan
penyuluhan yang intensif, persepsi petani terhadap manfaat penyuluhan dapat
ditingkatkan, yang semula tergolong baik (kategori sedang) menjadi lebih baik
(kategori tinggi). Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi petani terhadap
penyuluhan adalah karakteristik petani (mobilitas, luas lahan, intelegensi, dan
sikap terhadap perubahan), serta perilaku komunikasi (kerja sama,
kekosmopolitan, dan keterdedahan terhadap media).
Pemerintah Indonesia dapat melakukan
dukungan secara optimal bagi penyuluhan pertanian di Indonesia. Keterlibatan
Kebijakan Strategi penyuluhan pertanian berkelanjutan perlu diimplementasikan
oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Keterlibatan tersebut merupakan pembaruan
penyuluhan dari beberapa aspek, yaitu: konsep, metode dan pendekatan. Hal
tersebut menyebabkan paradigma penyuluhan modern dapat diimplementasikan dengan
terjalinnya komunikasi ke antar petani, penyuluh, dan peneliti. Implementasi
tersebut merupakan sistem penyuluhan yang telah diterapkan di negara maju. Di
negara maju, sistem penyuluhan berkelanjutan telah diimplementasikan, sedangkan
di Indonesia sistem tersebut seharusnya dapat diimplementasikan jika penerapan UU
RI No. 16/2006 tidak mengalami gangguan. Solusinya adalah menerapkan suatu
strategi agar sistem penyuluhan berkelanjutan dapat terimplementasi.
Strategi penyuluhan pertanian
berkelanjutan perlu dimulai dengan membina kebersamaan antara penyuluh Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dengan penyuluh Balai Penyuluhan
Pertanian (BPP), sehingga tumbuh rasa memiliki program inovasi teknologi oleh
penyuluh BPP, dan keberlanjutan program dapat diteruskan oleh penyuluh BPP.
Hubungan peneliti-penyuluh tidak bisa seperti atasan-bawahan atau
pemberi-dengan yang diberi teknologi; hubungan harus bersifat “partnerships”. Peneliti seyogyanya mau
menerima penyuluh sebagai mitra dalam mengintroduksikan inovasi teknologi.
Penyuluh juga mau menerima peneliti sebagai mitra. Partisipasi aktif Pemerintah
Daerah (termasuk dinas teknis terkait, baik tingkat provinsi maupun kabupaten)
dan masyarakat setempat sangat diperlukan, untuk menumbuhkan “rasa memiliki” inovasi
teknologi yang diintroduksikan, sehingga tumbuh pula rasa tanggung jawab untuk
mengusahakan keberlanjutannya. Partisipasi tersebut tentunya memerlukan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan berjumlah banyak.
SDM berupa sarjana penyuluhan dan
komunikasi pertanian merupakan jawaban paling tepat untuk membantu mengoptimalkan
penyuluhan pertanian. Para sarjana tersebut berkewajiban untuk mengubah
paradigma agar para petani sadar akan pentingnya mereka dalam membantu masalah
pertanian yang ada. Namun, hal tersebut bukan berarti menjadikan para petani
bergantung kepada para penyuluh pertanian, melainkan lebih mengarah pada upaya
pemberdayaan petani dengan menggali potensi yang ada. Langkah operasional yang
dapat dilakukan di lapangan adalah mensinergikan antara program Pemerintah
Daerah dengan inovasi teknologi yang akan diperkenalkan, sehingga terwujud
strategi penyuluhan berkelanjutan.
Indraningsih, K.S., 2016. Pengaruh penyuluhan
terhadap keputusan petani dalam adopsi inovasi teknologi usahatani
terpadu. Jurnal Agro Ekonomi 29 (1) : 01 - 24.
Artikel yang menarik mengenai realita penyuluhan akhir-akhir ini. Pertanian yang tidak lagi menjadi fokus utama pemerintah dilihat dari kucuran dana APBN yang tak banyak menjadikan potensi pertanian itu sendiri tidak maksimal dan berdampak pula pada bidang penyuluhan pertanian. Apabila artikel ini dianalisis lebih lanjut maka terdapat beberapa nilai penyuluhan antara lain:
BalasHapusa. Adanya ide baru yaitu membina kebersamaan antara penyuluh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dengan penyuluh Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), sehingga tersinergi dalam hubungan partnership sehingga akan saling memiliki rasa tanggung jawab akan program-program penyuluhan yang berkelanjutan.
2. Adanya sasaran oleh artikel ini yaitu untuk pemerintah terutama stakeholder penyuluhan dan juga penyuluh itu sendiri.
3. Adanya manfaat dari permasalahan dan ide solutif yang muncul pada artikel ini dapat menggugah kesadaran bahwa sinergitas antara stakeholder penyuluhan dan para penyuluh sangat dibutuhkan untuk petani Indonesia.
4. Adanya nilai pendidikan yang menarik adalah pengkajian mengenai edukasi petani agar mengubah persepsi mereka terhadap penyuluhan yang sebenarnya akan membantu mereka dalam mengembangkan usaha pertanian.
Selanjutnya ada pula nilai berita dalam artikel ini yaitu:
a. Timelines: isi artikel yang ditulis menyampaikan keadaan terkini dari penyuluhan di Indonesia
b. Proximity: artikel ini sifatnya lebih dekat ke stakeholder dan para penyuluh
c. Importance: gagasan yang disampaikan pada artikel ini sangat penting untuk pengembangan penyuluhan pertanian di Indonesia
d. Policy: artikel ini cenderung mengkritik kebijakan pemerintah terutama perihal penerapan UU RI No. 16/2006.