Senin, 10 September 2018

Sarjana Penyuluhan & Komunikasi Pertanian Tidak Penting Bagi Petani Indonesia


R M Nuryandono M
16 / 398934 / PN /14905

            Pertanian merupakan sektor penting bagi Indonesia. Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam yang melimpah sehingga menunjang berbagai aspek, khususnya pertanian. Akan tetapi, pertanian Indonesia masih tergolong memprihatinkan. Hal tersebut dikarenakan Pemerintah Indonesia dan masyarakatnya tidak memperhatikan sektor penyuluhan pertanian secara khusus. Pemerintah Indonesia belum dapat mengoptimalkan implementasi peraturan yang ada, sedangkan masyarakat Indonesia cenderung kurang peduli terhadap penyuluhan pertanian. Bahkan, masyarakat Indonesia yang bergelar sarjana pertanian, contohnya sarjana penyuluhan dan komunikasi pertanian belum tentu peduli terhadap penyuluhan pertanian. Para sarjana yang peduli berupaya untuk memberikan kontribusi terhadap pertanian Indonesia dengan menjadi penyuluh pertanian. Namun, para sarjana tersebut belum dapat melakukan penyuluhan secara optimal kepada para petani Indonesia. Para sarjana tersebut belum menerapkan konsep, metode dan pendekatan penyuluhan pertanian yang baru. Contohnya adalah ketika para penyuluh berusaha memperkenalkan teknologi pertanian yang baru, akan tetapi penyuluhan yang digunakan masih menggunakan konsep, metode dan pendekatan yang konvensional. Hasilnya adalah kegagalan dalam penyuluhan teknologi tersebut. Hal tersebut menyebabkan sarjana penyuluhan dan komunikasi pertanian tidak penting bagi petani Indonesia.
            Secara logika dan teori, seharusnya sarjana penyuluhan dan komunikasi pertanian penting bagi petani Indonesia. Para sarjana tersebut, telah dibekali ilmu dalam bidang penyuluhan pertanian sehingga tentunya lebih bisa melakukan penyuluhan pertanian daripada yang tidak dibekali ilmu. Persepsi atau sudut pandang para petani bahwa sarjana penyuluhan dan komunikasi pertanian tidak penting adalah persepsi yang perlu diubah. Persepsi tersebut dapat diubah melalui pengoptimalan penyuluhan. Melalui kegiatan penyuluhan yang intensif, persepsi petani terhadap manfaat penyuluhan dapat ditingkatkan, yang semula tergolong baik (kategori sedang) menjadi lebih baik (kategori tinggi). Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi petani terhadap penyuluhan adalah karakteristik petani (mobilitas, luas lahan, intelegensi, dan sikap terhadap perubahan), serta perilaku komunikasi (kerja sama, kekosmopolitan, dan keterdedahan terhadap media).
            Pemerintah Indonesia dapat melakukan dukungan secara optimal bagi penyuluhan pertanian di Indonesia. Keterlibatan Kebijakan Strategi penyuluhan pertanian berkelanjutan perlu diimplementasikan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Keterlibatan tersebut merupakan pembaruan penyuluhan dari beberapa aspek, yaitu: konsep, metode dan pendekatan. Hal tersebut menyebabkan paradigma penyuluhan modern dapat diimplementasikan dengan terjalinnya komunikasi ke antar petani, penyuluh, dan peneliti. Implementasi tersebut merupakan sistem penyuluhan yang telah diterapkan di negara maju. Di negara maju, sistem penyuluhan berkelanjutan telah diimplementasikan, sedangkan di Indonesia sistem tersebut seharusnya dapat diimplementasikan jika penerapan UU RI No. 16/2006 tidak mengalami gangguan. Solusinya adalah menerapkan suatu strategi agar sistem penyuluhan berkelanjutan dapat terimplementasi.
            Strategi penyuluhan pertanian berkelanjutan perlu dimulai dengan membina kebersamaan antara penyuluh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dengan penyuluh Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), sehingga tumbuh rasa memiliki program inovasi teknologi oleh penyuluh BPP, dan keberlanjutan program dapat diteruskan oleh penyuluh BPP. Hubungan peneliti-penyuluh tidak bisa seperti atasan-bawahan atau pemberi-dengan yang diberi teknologi; hubungan harus bersifat “partnerships”. Peneliti seyogyanya mau menerima penyuluh sebagai mitra dalam mengintroduksikan inovasi teknologi. Penyuluh juga mau menerima peneliti sebagai mitra. Partisipasi aktif Pemerintah Daerah (termasuk dinas teknis terkait, baik tingkat provinsi maupun kabupaten) dan masyarakat setempat sangat diperlukan, untuk menumbuhkan “rasa memiliki” inovasi teknologi yang diintroduksikan, sehingga tumbuh pula rasa tanggung jawab untuk mengusahakan keberlanjutannya. Partisipasi tersebut tentunya memerlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan berjumlah banyak.
            SDM berupa sarjana penyuluhan dan komunikasi pertanian merupakan jawaban paling tepat untuk membantu mengoptimalkan penyuluhan pertanian. Para sarjana tersebut berkewajiban untuk mengubah paradigma agar para petani sadar akan pentingnya mereka dalam membantu masalah pertanian yang ada. Namun, hal tersebut bukan berarti menjadikan para petani bergantung kepada para penyuluh pertanian, melainkan lebih mengarah pada upaya pemberdayaan petani dengan menggali potensi yang ada. Langkah operasional yang dapat dilakukan di lapangan adalah mensinergikan antara program Pemerintah Daerah dengan inovasi teknologi yang akan diperkenalkan, sehingga terwujud strategi penyuluhan berkelanjutan.

Referensi:
Indraningsih, K.S., 2016. Pengaruh penyuluhan terhadap keputusan petani dalam adopsi inovasi teknologi usahatani terpadu. Jurnal Agro Ekonomi 29 (1) : 01 - 24.

1 komentar:

  1. Artikel yang menarik mengenai realita penyuluhan akhir-akhir ini. Pertanian yang tidak lagi menjadi fokus utama pemerintah dilihat dari kucuran dana APBN yang tak banyak menjadikan potensi pertanian itu sendiri tidak maksimal dan berdampak pula pada bidang penyuluhan pertanian. Apabila artikel ini dianalisis lebih lanjut maka terdapat beberapa nilai penyuluhan antara lain:
    a. Adanya ide baru yaitu membina kebersamaan antara penyuluh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dengan penyuluh Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), sehingga tersinergi dalam hubungan partnership sehingga akan saling memiliki rasa tanggung jawab akan program-program penyuluhan yang berkelanjutan.
    2. Adanya sasaran oleh artikel ini yaitu untuk pemerintah terutama stakeholder penyuluhan dan juga penyuluh itu sendiri.
    3. Adanya manfaat dari permasalahan dan ide solutif yang muncul pada artikel ini dapat menggugah kesadaran bahwa sinergitas antara stakeholder penyuluhan dan para penyuluh sangat dibutuhkan untuk petani Indonesia.
    4. Adanya nilai pendidikan yang menarik adalah pengkajian mengenai edukasi petani agar mengubah persepsi mereka terhadap penyuluhan yang sebenarnya akan membantu mereka dalam mengembangkan usaha pertanian.
    Selanjutnya ada pula nilai berita dalam artikel ini yaitu:
    a. Timelines: isi artikel yang ditulis menyampaikan keadaan terkini dari penyuluhan di Indonesia
    b. Proximity: artikel ini sifatnya lebih dekat ke stakeholder dan para penyuluh
    c. Importance: gagasan yang disampaikan pada artikel ini sangat penting untuk pengembangan penyuluhan pertanian di Indonesia
    d. Policy: artikel ini cenderung mengkritik kebijakan pemerintah terutama perihal penerapan UU RI No. 16/2006.

    BalasHapus