Senin, 10 September 2018

Pengaruh Penyuluhan Pertanian Terhadap Produktivitas Petani


Pengaruh Penyuluhan Pertanian Terhadap Produktivitas Petani
Oleh    : Novi Aprilianti (14900)

            Sektor pertanian merupakan sector unggulan di Indonesia, namun hal tersebut tidak serta merta mengangkat derajat petani sebagai pelaku utamanya. Mayoritas petani di Indonesia termasuk dalam golongan petani gurem (petani kecil). Petani gurem atau petani kecil yang merupakan kontruksi terbesar dari masyarakat pedesaan ini sudah semestinya segera diberdayakan. Secara faktual, eksistensi petani gurem atau petani kecil di Indonesia masih sangat signifikan. Hal tersebut juga didukung dengan kondisi social ekonomi lainnya seperti pendidikan yang rendah, kesehatan melemah, lahan sempit, modal kecil, dan memiliki produktivitas yang rendah. Kondisi tersebut jelas akan berdampak kurang menguntungkan terhadap persaingan pasar global, karena petani kecil rata-rata belum mampu mengaplikasikan teknologi secara optimal dan secara berkelanjutan akan berakibat terhadap rendahnya effisiensi usaha dan rendahnya produk yang dihasilkan.
            Salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) mereka yang berperan dalam bidang pertanian adalah dengan cara melakukan penyuluhan pertanian. Melalui kegiatan penyuluhan pertanian, petani dibekali dengan ilmu, pengetahuan, keterampilan, paket-paket teknologi baru di bidang pertanian. Diantaranya penanaman nilai-nilai atau prinsip-prinsip agribisnis, mengkreasikan SDM dengan prinsip inovasi, yang lebih utamanya
mengubah sikap masyarakat tani di pedesaan agar tau dan mau menerapkan informasi yang diberikan oleh penyuluh guna meningkatkan keberhasilan usaha petani. Tujuan penyuluhan ini yaitu menciptakan masyarakat tani yang kompeten yang mampu menciptakan usaha yang tangguh, dengan better farming, better business, better living dan better enviroment.
            Penyuluhan pertanian sudah dilakukan sejak sebelum kemerdekaan. Dalam pelaksanaannya, penyuluhan pertanian pada zaman Hindia Belanda menggunakan pendekatan atas perintah atau pendekatan dari atas (top down). Pada pemerintahan pendudukan Jepang pun masih menggunakan pendekatan dari atas, dan terus mengalami modifikasi hingga saat ini. Melalui program Bimbingan Massal (Bimas), penyuluhan pertanian mengantarkan Indonesia mencapai swasembada beras pada tahun 1984.
            Sistem penyuluhan yang diterapkan selama ini masih terpaku dengan konsep pendekatan dipaksa, terpaksa dan terbiasa. Petani diberikan teknologi tertentu dan dipaksa melakukannya sehingga mereka melakukannya secara terpaksa dan akhirnya menjadi terbiasa dan menjadikan produktivitas nya meningkat. Hal tersebut tidaklah tepat jika diterapkan secara terus menerus karena petani sendiri mempunyai pilihan hidup yang akan dilakukan bersama dengan keluarganya, sehingga konsep penyuluhan diubah dan diatur dalam otonomi daerah dan membentuk lembaga penyuluhan.
            Lembaga penyuluhan ini mempunyai wewenang untuk memberikan penyuluhan ilmu pengetahuan maupun teknologi kepada petani secara langsung atau melalui petani binaan yang diambil dari beberapa kelompok tani yang ada. Sistem yang diterapkan di lembaga penyuluhan ini telah terstruktur dimana dipimpin oleh seorang ketua dan dibawahnya terdapat staff dengan pendistribusian pekerjaan yang sudah jelas.
            Studi kasus contoh penelitian dilakukan di Kecamatan Sumbangsih Kabupaten Ciamis, Jawa Barat dengan melibatkan petani sebagai responden yang nantinya akan dilakukan penilaian terhadap efektifitas lembaga penyuluhan di tempat tersebut. Lembaga penyuluhan menerapkan sistem pola tanam legowo untuk daerah ini, dimana sistem tanam diatur untuk meminimalisir tingkat kegagalan. Dari hasil penelitian dengan total responden 150 menunjukkan bahwa signifikasi lembaga penyuluhan mampu meningkatkan produktivitas petani sebesar 35,7 %.  Hasil akhir dari penyuluhan sendiri adalah meningkatkan produktivitas, meningkatkan provit, meningkatkan kemampuan petani dalam bekerja sama, meningkatkan solidaritas antar petani, hingga membuat program untuk mengurangi kemungkinan gagal panen. Hasil wawancara juga menyatakan bahwa terjadinya peningkatan ketrampilan dan pengetahuan, pola pikir yang semakin berkembang sehingga berakibat dengan produksi yang semakin meningkat yang semula hanya bisa memproduksi sekitar 7-8 kwintal sekarang bisa mencapai 1 ton di tiap produksi. Pendapatan masyarakat juga meningkat dari yang sebelum ada nya penyuluhan sistem legowo ini hanya sekitar Rp. 3000.000.,/ha sekarang setelah menerapkan sistem penyuluhan tanam legowo yang dibuat maka pendapatan mereka ditaksir > Rp.3000.000.,/ha dan bahkan hampir menyentuh angka Rp.4000.000.,/ha.
Berdasarkan hasil perhitungan Efektifitas Penyuluhan Pertanian di Kecamatan Sindangkasih didapatkan skor 77,48%, dimana kategori tersebut tergolong pada tingkat efektivitas yang sangat baik. Dampak positif yang dirasakan petani dengan adanya penyuluhan pertanian diantaranya adalah peningkatan pengetahuan, keterampilan serta pola pikir, khususnya terkait sistem penanaman legowo. Di bidang ekonomi perubahan yang didapat adalah adanya peningkatan produksi yang berimbas pada peningkatan pendapatan petani.

Sumber :
Charina, agne. 2015. “Kajian Kinerja Penyuluhan Pertanian Di Kecamatan Sindangkasih, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat”. Jurnal Social Economic of Agriculture Vol 4, No. 1. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UNPAD. Bandung

2 komentar:

  1. Nilai Berita :
    1. Timelines
    Artikel yang disampaikan tidak baru karena jurnal yang digunakan
    rilis pada tahun 2015.
    2. Proximity
    Artikel yang disampaikan sudah dekat dengan petani karena adanya
    penyuluhan dengan sistem pola tanam legowo.
    3. Importance
    Artikel yang disampaikan memuat informasi yang diperlukan oleh
    petani di Kecamatan Sumbangsih Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
    Sistem pola tanam logowo dapat meningkatkan produktivitas,
    meningkatkan provit, meningkatkan kemampuan petani dalam bekerja
    sama, meningkatkan solidaritas antar petani, hingga membuat
    program untuk mengurangi kemungkinan gagal panen serta terjadinya
    peningkatan ketrampilan dan pengetahuan, pola pikir yang semakin
    berkembang sehingga berakibat dengan produksi yang semakin
    meningkat yang semula hanya bisa memproduksi sekitar 7-8 kwintal
    sekarang bisa mencapai 1 ton di tiap produksi.
    4. Policy
    -
    5. Prominence
    -
    6. Consequence
    -
    7. Conflict
    -
    8. Development
    -
    9. Disaster & Crime
    -
    10. Weather
    -
    11. Sport
    -
    12. Human Interest
    -

    BalasHapus
  2. Nilai Penyuluhan :
    1. Teknologi / ide
    Adanya ide mengenai penyuluhan kepada petani dengan sistem pola tanam legowo, dimana sistem pola tanam legowo dapat meningkatkan produktivitas, provit, solidaritas dan mengurangi permasalahan gagal panen serta meningkatkan ketrampilan dan pola pikir petani.
    2. Sasaran
    Adanya sasaran langsung yaitu kepada petani di Kecamatan Sumbangsih Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
    3. Manfaat
    Adanya manfaat bagi petani dengan menerapkan sistem pola tanam legowo yaitu dapat meningkatkan produktivitas, provit, solidaritas dan mengurangi permasalahan gagal panen serta meningkatkan ketrampilan dan pola pikir petani.
    4. Nilai pendidikan
    -

    BalasHapus