Senin, 10 September 2018

Penyuluhan Online? Efektifkah?

Hadhi Yuda Ajisena
16/394350/PN/14589

“Penyuluhan Online? Efektifkah?”
                Jaman sekarang hampir segala hal dapat dilakukan secara online atau melalui internet, seperti memesan tiket, hotel, makanan, berbelanja bahkan moda transportasi baik roda 4 maupun roda 2 bisa dipesan lewat internet. Dengan segala kecanggihan jaman ini, sektor pertanian juga tertular oleh kemajuan teknologi. Petani yang “kekinian” dapat membeli bibit, pupuk dan bahkan menjual hasil panennya lewat grup-grup yang tersebar di media sosial. Namun hal tersebut untuk petani yang memiliki kemampuan untuk menggunakan teknologi internet, untuk mereka yang tidak bisa memakai beda lagi ceritanya. Keberadaan 2 golongan inilah yang menjadi tantangan bagi para penyuluh pertanian.
                Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa penyuluhan secara online tidak hanya terkendala dari petani yang belum semuanya dapat memanfaatkan internet, namun juga dari penyuluh itu sendiri yang belum sepenuhnya memiliki keterampilan dalam menggunakan internet sebagai media penyuluhan. Sebagai contoh kasus diambil di daerah Kabupaten Cianjur dimana umur penyuluh  sebagian besar (38%) tergolong muda yaitu berkisar antara 23 tahun hingga 35 tahun. Sementara penyuluh yang tergolong tua sebanyak 28% dengan kisaran usia lebih dari 48 tahun. Penyuluh yang masih berusia muda memungkinkan untuk dapat terlibat aktif dalam memberikan penyuluhan kepada  petani karena masih tergolong usia yang produktif. Penyuluh yang produktif juga berpotensi dapat mengikuti perkembangan-perkembangan teknologi yang semakin canggih, seperti penggunaan internet sebagai media mendapatkan informasi yang lebih banyak mengenai permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kegiatan penyuluhannya. Pendidikan formal penyuluh di Kabupaten Cianjur mayoritas telah menempuh hingga Strata 1 (S-1) yaitu mencapai 63%, sementara yang berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) hanya 16%. Hal ini menggambarkan bahwa penyuluh di  Kabupaten Cianjur rata-rata telah berpendidikan tinggi, sehingga memiliki kemampuan yang memadai untuk melaksanakan tugasnya sebagai penyuluh. Pentingnya pendidikan bagi seorang penyuluh adalah sebagai landasan dalam membentuk, mempersiapkan, membina serta mengembangkan kemampuan sumber daya manusia. Kepemilikan media untuk mengakses  internet, berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar (66%) sebanyak 1-3 unit per orang. Hal ini menggambarkan bahwa media untuk mengakses internet yang dimiliki penyuluh sangat memadai. Kondisi yang demikian memudahkan penyuluh untuk mendapatkan informasi-informasi yang berkaitan dengan kegiatan penyuluhannya. Adapun media internet yang banyak dimiliki oleh penyuluh di wilayah ini di antaranya adalah Hp berinternet dan laptop, iPad/Tab, ataupun Smart TV.
                Teknologi informasi dan komunikasi yang dimanfaatkan dengan baik dapat berpotensi meningkatkan kapasitas seseorang. Adanya peningkatan kapasitas tersebut akan berdampak pada kinerja yang lebih baik. Namun untuk hal itu semua harus didukung dengan media internet yang memadai. Media yang dapat digunakan untuk mengakses internet di antaranya berupa Handphone (Hp), Laptop/netbook, iPad maupun Tablet (Tab), Komputer, dan komputer/desktop yang terhubung dengan jaringan internet. HP berinternet baik yang berupa Tab maupun iPad merupakan media yang cukup praktis untuk transfer atau berbagi  informasi.
Selain umur, pendidikan formal, dan kepemilikan media internet, karakteristik penyuluh lainnya adalah kebutuhan informasi. Kebutuhan informasi yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan keharusan atau tuntutan bagi seorang penyuluh untuk memperkaya (memperoleh) berbagai jenis informasi yang dibutuhkan mengenai pertanian. Informasi yang dibutuhkan oleh penyuluh dalam penelitian ini adalah informasi mengenai:
1) Teknologi produksi yang meliputi benih unggul, penanaman, pemupukan, pengairan,                  pengendalian OPT, dan panen.
2) Informasi mengenai teknologi pasca panen dan pengemasan produk.
3) Pemasaran hasil produksi yang meliputi harga pasar dan peluang pasar.
4) Iklim dan lingkungan pertanian.
5) Permodalan.
6) Informasi mengenai kelembagaan.
Informasi yang diperoleh tersebut dapat digunakan sebagai bahan penyusunan materi penyuluhan, dan menyusun laporan. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa kebutuhan informasi bagi penyuluh sebagian besar (43%) dalam kategori tinggi. Kebutuhan akan informasi ini merupakan hal penting yang mendorong para penyuluh menggunakan internet. Pada dasarnya, informasi yang dibutuhkan oleh para penyuluh secara umum mulai dari informasi teknis produksi hingga penanganan pasca panen dan pemasaran hasil produksi. Namun demikian, informasi yang sangat dibutuhkan oleh penyuluh berdasarkan hasil penelitian ini adalah informasi mengenai pemasaran hasil produksi.
                Dalam mendukung keperluan informasi tersebut, maka penyuluh diharapkan mampu mengoperasikan perangkat teknologi informasi secara baik, efektif dan efisien. Sayangnya hasil penelitian menunjukkan bahwa kecakapan penyuluh terhadap TIK sebagian besar masih tergolong rendah. Diketahui bahwa sebagian besar (59%) responden mengatakan masih jarang terlibat dalam pelatihan TIK. Hal ini di karenakan pelatihan yang diadakan untuk penyuluh masih jarang. Hanya terdapat 36% responden yang selalu mengikuti pelatihan TIK. Pelatihan yang pernah diikuti tersebut di antaranya adalah pelatihan mengenai cyber extension, sms center, membuat blog, dan pemanfaatan media sosial melalui WhatsApp (WA), Facebook (FB), dan teknologi informasi untuk pertanian.
                Biaya internet di Indonesia secara internasional masih tergolong tinggi bila ditinjau dari kualitas internet yang ada. Kendala ini juga berpengaruh besar terhadap penyuluhan secara online atau bisa disebut sebagai Cyber Extension. Belum lagi pengadaan dana khusus untuk keperluan internet di lembaga-lembaga penyuluhan juga belum terlalu diperhatikan. Rendahnya dukungan finansial ini akan menyebabkan terkendalanya penyuluh dalam mengakses internet, karena untuk mengaktifkan jaringan internet penyuluh harus mengalokasikan dana setelah kebutuhan pokok lainnya terpenuhi.
                Persepsi penyuluh terhadap manfaat internet sebagai sumber informasi yang sangat bermanfaat mendapat respon sebanyak 74% dari total responden. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keberadaan internet dirasa sangat mendukung kinerja penyuluh. Tetapi efektifitas  penggunaan internet dalam mencari informasi terkait pertanian oleh penyuluh malah tergolong rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (62%) responden, durasi dalam menggunakan internet termasuk sedang. Lamanya durasi penyuluh dalam menggunakan internet disebabkan oleh penyuluh yang tidak hanya mencari informasi yang berkaitan dengan pertanian saja, melainkan juga mengakses informasi-informasi lain di luar sektor pertanian. Penyuluh terkadang setelah mengakses informasi utama, juga mengakses akun media sosial yang dimilikinya, seperti Facebook, instagram serta situs berita-berita sosial seperti olah raga sepak bola dan hiburan lainnya. Sebagian besar responden menggunakan waktu mencari informasi melalui internet hanya selama 0 hingga 2 jam dalam satu minggu. Tingkat pemanfaatan informasi yang diperoleh melalui akses internet dalam penyusunan laporan oleh penyuluh dinilai berdasarkan kategori rendah, sedang, dan tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan internet oleh penyuluh dalam menyusun laporan sebagian besar (60%) termasuk kategori sedang. Hanya ada 27% penyuluh yang menyusun laporan selalu menggunakan informasi berasal dari internet.
                Dari hasil yang didapat tersebut, penulis merasa bahwa penyuluhan secara online belum dapat diterapkan di Indonesia untuk saat ini. Karena masih terkendala baik dari petani maupun penyuluh itu sendiri. Dari sudut petani, belum semua memiliki kemampuan untuk menggunakan internet. Dari sudut penyuluh, tingkat pemanfaatan internet oleh penyuluh pertanian belum tergolong tinggi, baik dalam menyusun laporan, pembuatan materi penyuluhan, penyusunan program penyuluhan, dan pembuatan desain metode penyuluhan. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan internet memang dapat mempermudah kegiatan petani dan meningktakan kinerja penyuluh pertanian.


Sumber :

Purwatiningsih N.A , Anna F,Retno S H.  Mulyandari. 2018. Pemanfaatan Internet dalam             Meningkatkan Kinerja Penyuluh Pertanian di Kabupaten Cianjur. Jurnal Penyuluhan, Vol. 14 (1) : 79-91

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Media internet merupakan hal baru dan sangat mempermudah dalam kegiatan penyuluhan. Media internet berfungsi agar petani ataupun penyuluh cepat mendapatkan informasi yang diinginkan. Masalah pertanian yang dihadapi petani juga dapat cepat terselesaikan saat itu juga dengan adanya media internet. Saya setuju dengan artikel tersebut yang menyatakan bahwa dengan media internet dapat mempermudah akses penyuluhan, namun bagi petaniataupun penyuluh belum dapat memanfaatkan keberadaan internet dengan baik kaena berbagai kendala dari petaninya sendiri maupun dari penyuluh. Hal tersebut dikarenakan belum semua seorang petani memiliki media komunikasi berupa internet dan penyuluh membutuhkan biaya besar untuk pengadaan internet tersebut. Selain itu juga banyak dari para penyuluh yang belum menguasai teknologi informasi saat ini dnegan baik.

    Nilai penyuluhan yang terdapat dalam artikel tersebut adalah, sumber teknologi untuk penyuluhan adalah media internet. Sasaran artikel ini adalah kepada para penyuluh dan petani agar dapat memanfaatkan media internet sebagai komunikasi penyuluhan. Selain itu, sasaran bisa juga untuk pemerintah atau pihak swasta agar dapat mendanai biaya internet untuk para penyuluh dan petani. Adapun manfaat yang diambil dari artikel ini adalah penyuluh dan petani dapat mempelajari ilmu komunikasi berbasis internet sehingga diharapkan komunikasi menjadi mudah dan informasi bisa cepat didapat. Nilai pendidikan yang didapat dalam artikel ini adalah kita harus bersungguh-sungguh dalam mengahadapi hal yang baru, khususnya dalam dunia globalisasi sekarang ini, kita harus menguasai media berbasis internet.

    Nilai berita yang terdapat dalam artikel adalah timelines yaitu artikel ini membahas topik yang sedang hangatnya diperbincangkan, media internet merupakan media baru untuk bidang penyuluhan. Kemudian proximity, artikel ini sangat dekat dengan penyuluh dan petani, karena membahas media internet yang digunakan oleh penyuluh dan petani yang belum maksimal. Setelah itu importance, artikel ini sangat penting bagi penyuluh, dan petani. Artikel ini harusnya menjadi penyemangat bagi mereka untuk terus belajar menguasai teknologi informasi agar informasi dapat cepat dan mudah didapat. Consequence dalam artikel ini adalah penyuluh yang belum menguasai teknologi informasi berbasis internet dan petani yang belum memiliki kemampuan untuk menggunakan internet, makan penyuluhan dengan media internet belum dapat berjalan dengan baik. Conflict yang terdapat dalam artikel ini adalah durasi penyuluh dalam menggunakan internet termasuk kategori sedang lamanya durasi penyuluh dalam menggunakan internet disebabkan oleh penyuluh yang tidak hanya mencari informasi yang berkaitan dengan pertanian saja, melainkan juga mengakses infomasi-informasi lain diluar sektor pertanian. Penyuluh terkadang mengakses media sosial atau media hiburan lainnya. Development dalam artikel ini adalah perkembangan di era globalisasi yang mengharuskan banyak orang untuk menggunakan media internet salah satunya dalam bidang penyuluhan, namun pemanfaatan internet dalam bidang penyuluhan ini belum maksimal dikarenakan adanya kendala dari penyuluh maupun dari petani sendiri.

    BalasHapus